Badan Bahasa dan Atdikbud Kairo Upayakan Prodi Bahasa Indonesia Pertama di Timur Tengah

Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar
dan Menengah menerima audiensi Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Mesir
pada 11 Februari 2025, di Kantor Badan Bahasa, Jakarta. Kegiatan ini bertujuan
untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang bahasa Indonesia di Mesir, salah
satunya adalah upaya pendirian Program Studi (prodi) Bahasa dan Sastra
Indonesia di kampus islam tertua di dunia, Al Azhar, Kairo.
Hafidz Muksin, Kepala Badan Bahasa, menyambut baik kerja
sama ini. Ia menyebutkan bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Indonesia yang menambah kedalaman hubungan bilateral antara kedua
negara. Ia juga menyoroti banyaknya pelajar Indonesia yang belajar di Mesir
serta potensi mereka untuk menjadi agen yang dapat memperkenalkan dan
memperdayakan bahasa Indonesia lebih luas di Mesir. Menurutnya, hal itu menjadi
salah satu faktor terkuat dalam pengembangan program BIPA. Selain itu, alumni program
Bahasa Indonesia untuk Penutur Aing (BIPA) dan diaspora Indonesia di Mesir juga
dapat menjadi mitra strategis dalam memperkuat program ini.
Abdul Muta’ali, Atdikbud Kairo sekaligus anggota Senat
Kehormatan Al Azhar, menyampaikan bahwa kunjungan Presiden Indonesia ke Mesir
membawa harapan besar, terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Ia
menyoroti pentingnya membuka Jurusan Bahasa Indonesia di Al Azhar dengan
harapan agar program ini dimulai pada September 2025. Selain itu, keterbatasan
ruang belajar di Al Azhar menjadi tantangan sehingga kolaborasi dengan berbagai
pihak, termasuk Badan Bahasa, sangat diperlukan untuk membangun fasilitas
pembelajaran yang memadai.
“Kita perlu mengupayakan pendirian prodi ini yang juga
menjadi amanat dari Presiden Prabowo saat ke Mesir bulan Desember lalu. Presiden
punya harapan besar dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Salah satu hal
penting adalah penguatan eksistensi bahasa Indonesia di Mesir yang memerlukan
dukungan berbagai pihak,” harapnya.
Lebih lanjut, Muta’ali juga menyampaikan dukungan penuh
dari Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, yang mengatakan bahwa pembukaan prodi ini dinilai
sebagai langkah strategis untuk pengembangan bahasa Indonesia di Mesir dan
menjadi jembatan diplomasi pendidikan Indonesia-Mesir yang terjalin sejak lama.
Pentingnya
Dukungan Infrastruktur dan Anggaran
Hafidz
meninjau capaian kerja sama dengan Al Azhar yang membutuhkan dukungan sarana
dan prasarana yang kuat. Terlebih lagi, dengan terbatasnya anggaran dan sumber daya,
penting bagi Badan Bahasa untuk mengupayakan bantuan dari pihak-pihak terkait,
termasuk dari BUMN yang diharapkan dapat membantu pembangunan fasilitas belajar
di luar negeri.
Sebagai
langkah konkret, Hafidz meminta untuk segera disusun naskah urgensi terkait dengan
pengajaran bahasa Indonesia yang memiliki komitmen dengan berbagai pihak agar
program ini tidak terhenti. Selain itu, perlu dikaji kebutuhan pengajar dan
rencana lanjutan yang memungkinkan pengajaran BIPA tetap dapat berjalan tanpa
hambatan.
Hal senada juga diungkap oleh Ganjar Harimansyah, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yang menegaskan pentingnya menjadikan Mesir sebagai prioritas dalam pengajaran BIPA meskipun dengan anggaran yang minim. Kerja sama antar kampus di Mesir diharapkan dapat memperkuat pelaksanaan program ini dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan menjalin kolaborasi yang efektif. (Devi Virhana.)
Dokumentasi