Indonesia Tekankan Revitalisasi Bahasa Daerah dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2025

Indonesia Tekankan Revitalisasi Bahasa Daerah  dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2025

Jakarta, 21 Februari 2025—Kedutaan Besar Bangladesh di Jakarta memperingati Martyrs Day of Bangladesh, International Mother Language Day 2025 di Jalan Mandala Raya, No. 93, Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Acara ini dihadiri oleh Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, pejabat dari berbagai kementerian, serta tamu undangan lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Dora Amalia, mewakili Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmen Indonesia dalam melestarikan bahasa daerah. Dora menekankan bahwa keberagaman bahasa merupakan bagian dari identitas budaya dan warisan bangsa yang harus dijaga.

Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun ini mengusung tema "Menjadikan Bahasa Bermakna untuk Pembangunan Berkelanjutan", yang sejalan dengan upaya Indonesia dalam melestarikan bahasa daerah. Berdasarkan pemetaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang merupakan aset berharga.

"Sejak 2021, Indonesia telah menerapkan strategi revitalisasi bahasa untuk melindungi bahasa daerah, bukan sekadar mendokumentasikannya. Hingga 2024, sebanyak 114 bahasa daerah telah direvitalisasi. Kami berharap upaya ini dapat berkontribusi dalam pelestarian bahasa daerah dengan mengintegrasikannya ke dalam pendidikan serta menumbuhkan sikap positif generasi muda terhadap bahasa dan budaya mereka," ujar Dora.

Strategi Revitalisasi Bahasa

Strategi revitalisasi bahasa daerah diterapkan secara bertahap, mulai dari tingkat komunitas, pemerintah daerah, hingga kerja sama internasional. Salah satu langkah utama adalah mendorong penggunaan bahasa ibu dalam pendidikan sejak dini. Menurut Dora, pembelajaran dalam bahasa ibu akan membantu anak-anak memahami materi pelajaran dengan lebih baik serta memperkuat keterikatan mereka terhadap budaya lokal.

Selain itu, ia juga mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama melindungi dan mempromosikan keberagaman bahasa di tingkat global. Dora menegaskan bahwa pelestarian bahasa bukan hanya tanggung jawab satu negara, tetapi merupakan tugas bersama agar setiap bahasa tetap hidup dan berkembang.

Acara ini juga mendapat tanggapan dari berbagai pihak yang hadir. Kepala Sekolah Gandhi Memorial Intercontinental School, Manish Khumar, menyampaikan bahwa bahasa adalah identitas yang harus dijaga."Peringatan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Bangladesh ini membuktikan bahwa bahasa adalah sesuatu yang harus dilestarikan," ujarnya.

Senada dengan itu, Kepala Sekolah SMA Dewi Sartika, Achmad Sofyan, menegaskan bahwa setiap bahasa memiliki keunikan sendiri yang perlu dijaga. "Tanggal 21 Februari adalah hari bersejarah bagi rakyat Bangladesh dalam memperjuangkan bahasanya," ujarnya.

Dekan Fakultas Pendidikan dan Sosial Universitas Presiden, Mohammad Syafii Anwar, menambahkan bahwa bahasa tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga bagian dari identitas nasional. "Kami menyadari bahwa peringatan ini merupakan pengingat perjuangan rakyat Bangladesh," katanya.

Perwakilan dari UNESCO, Gunawan Zakki, turut hadir dalam acara ini. Ia menegaskan bahwa UNESCO Jakarta bertanggung jawab terhadap lima negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. "Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional adalah agenda penting bagi UNESCO. Kami juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam pelestarian bahasa," ungkapnya.

Penghormatan bagi Martir Bahasa

Acara ini juga menjadi momen penghormatan bagi para martir bahasa Bangladesh yang berjuang demi hak penggunaan bahasa ibu. Sebagai bentuk penghormatan, dilakukan peletakan karangan bunga secara simbolis oleh Duta Besar Bangladesh, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, perwakilan UNESCO, serta siswa dari berbagai sekolah yang turut hadir.

Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Muhammad Tarikul Islam, dalam sambutannya mengingatkan bahwa Hari Bahasa Ibu Internasional memiliki makna historis bagi rakyat Bangladesh. "Setiap tahun, kami memperingati Hari Bahasa Ibu pada 21 Februari. Hari ini sangat bersejarah bagi Bangladesh karena kami telah kehilangan banyak nyawa dalam perjuangan mempertahankan bahasa pada tahun 1942. Kini, Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati di berbagai negara," ujar Tarikul Islam. Ia juga menekankan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang menyatukan manusia, sehingga harus selalu dijaga dan dilestarikan.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian bahasa daerah, Indonesia berharap dapat menjadi contoh dalam strategi revitalisasi bahasa yang berkelanjutan. Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ini menjadi pengingat bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan jati diri dan warisan budaya yang harus terus dijaga untuk generasi mendatang. (MA)

Dokumentasi





Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa