Pelajaran Hidup dalam Novel Corona Karya Sdavincii
Sastra adalah karya seni yang diciptakan oleh manusia yang mengandung
nilai estetik. Sebagai manifestasi seni budaya, sastra memiliki dunia
tersendiri yang mencerminkan kehidupan berdasarkan pengamatan para sastrawan
terhadap lingkungan mereka (Wellek & Warren, 1995: 11—14). Pendapat ini
sejalan dengan pandangan Esten (1991: 8) yang menyatakan bahwa karya sastra
berakar dari realitas kehidupan masyarakat (realitas objektif). Realitas ilmiah
yang ditangkap oleh indra sastrawan hanyalah sebagai sumber petunjuk yang
bersifat alami yang kemudian diolah melalui imajinasi untuk menghasilkan
nilai-nilai yang lebih tinggi dan luhur. Dengan demikian, sastra adalah
refleksi kehidupan sosial yang diungkapkan oleh sastrawan dengan kepekaan
perasaan dan pemikiran mendalam, sehingga mampu menangkap nilai-nilai luhur dan
pemikiran yang lebih mendalam dibandingkan dengan pandangan umum masyarakat.
Novel adalah salah satu genre sastra, selain puisi dan
drama. Novel merupakan sebuah karya fiksi dan juga dikenal sebagai teks
naratif, yang berarti cerita khayalan yang tidak berlandaskan pada kebenaran
sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 2) atau tidak benar-benar terjadi di
dunia nyata. Peristiwa, tokoh, dan latar dalam novel bersifat imajinatif.
Melalui novel, penulis menggambarkan berbagai masalah manusia, kehidupan, dan
kemanusiaan yang sebelumnya telah direnungkan dengan mendalam. Pengalaman
tersebut kemudian disampaikan kembali melalui fiksi yang imajinatif meskipun
tetap logis dan sering kali mengandung kebenaran yang menggambarkan hubungan
antarmanusia secara dramatis.
Pada akhir tahun 2019 dunia dikejutkan oleh kemunculan
wabah penyakit yang dikenal dengan nama corona. Virus ini pertama kali
ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China dan dengan cepat bermutasi serta
menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia kasus
pertama virus corona diumumkan pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Joko
Widodo ketika dua warga negara Indonesia dinyatakan positif terinfeksi virus
tersebut. Untuk menanggapi pandemi ini, sejumlah sastrawan, seperti Sdavincii,
menciptakan karya sastra bertema corona, salah satunya novel berjudul Corona.
Virus corona menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan gejala ringan, seperti flu, hingga penyakit berat, seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Virus corona jenis baru ditemukan pada manusia sejak
kemunculannya di Wuhan, China, pada Desember 2019 dan dinamakan Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan penyakit
bernama Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) (Stoppneumonia, 2020).
Syafiq Zakin, yang dikenal sebagai Sdavincii, adalah seorang pemuda
keturunan Arab-Bugis kelahiran 25 Februari 2001. Ia pindah dari Bali ke Malang
pada tahun 2011 dan merupakan alumnus SMP dan SMA Ar-Rohmah, Pesantren
Hidayatullah, Malang. Selama enam tahun di pesantren, ia aktif dalam organisasi
asrama dan menulis untuk majalah dinding. Karena aksesnya terhadap gawai terbatas,
ia menjadikan aktivitas membaca dan menulis sebagai hiburan utama baginya. Kemudian,
ia salurkan tulisannya melalui blog dan media sosial. Inspirasi tulisannya
berasal dari riset kecil tentang masalah percintaan teman-temannya, seperti
putus cinta dan ditinggal menikah, yang membawanya pada simpulan bahwa patah
hati adalah hal yang umum terjadi. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang. Beberapa karyanya, antara lain, adalah Buku
Tamu (2019), Hilang Arah (2019), Corona (2020), dan Senyawa
(2020).
Novel Corona terdiri atas 288 halaman dan diterbitkan pada tahun 2020 oleh penerbit Gradien Mediatama sebagai cetakan pertamanya. Dalam novel ini Sdavincii mengangkat masalah kompleks dalam bentuk narasi yang disusun dengan baik. Cerita ini menyoroti dua tokoh utama dari lapisan sosial yang berbeda, yaitu Santiago atau Lago, seorang tukang pos, dan Estrella Filippi, anak terkenal dari dr. Alfonso Filippi yang dihormati di Kota Republik. Kisah dimulai dengan kilas balik tentang dr. Alfonso yang secara tiba-tiba meninggal, sehari setelah bertemu dengan dua belas rekan kerjanya dalam sebuah delegasi ke Macau. Kematiannya yang mendadak dan tak terduga, bahkan oleh tenaga medis, menjadi titik awal misteri. Setelah kembali dari Macau, dr. Alfonso hanya berinteraksi dengan seorang tukang pos yang bernama Lago. Konspirasi dan kematian dalam cerita ini dipicu oleh tokoh antagonis, Senor Ruiz. Pada akhir cerita yang penuh emosi, terungkap bahwa Lago adalah kakak kandung Estrella, yang baru ia ketahui setelah banyak peristiwa tragis terjadi.
Moralitas dalam Novel Corona Karya Sdavincii
Analisis nilai moral dalam buku ini dapat dibagi ke
dalam tiga bagian berdasarkan karakter-karakter yang terlibat, yaitu dr. Alfonso,
Ella, dan Lago. Tiap-tiap karakter mencerminkan nilai moral yang mendalam yang
relevan dalam konteks kemanusiaan, tanggung jawab, dan pengorbanan.
Dokter Alfonso:
Keadilan dan Kepemimpinan yang Bijak
Dokter Alfonso digambarkan sebagai sosok pemimpin yang baik, adil, dan
dicintai oleh rakyat. Nilai moral yang dapat diambil dari karakternya adalah
sebagai berikut.
1.
Kepemimpinan yang Bertanggung
Jawab
Dokter Alfonso
menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan yang adil dan
mengedepankan kepentingan masyarakat. Keadilan dan kesetaraan menjadi fondasi
kepemimpinannya dan menjadikannya sosok yang dihormati.
2. Pengorbanan untuk
Kebaikan Bersama
Kehilangannya
dianggap sebagai kehilangan besar, yang menunjukkan bahwa pemimpin yang baik
mampu menciptakan ikatan emosional dengan rakyatnya. Ini mengajarkan kita
tentang pentingnya komitmen kepada masyarakat dan bagaimana tindakan seorang pemimpin
dapat memengaruhi banyak orang.
Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Dokter Alfonso yang awalnya merupakan anggota Dewan Suara Rakyat Republik. Sebelumnya, ia adalah Gubernur Catalan. Dokter Alfonso selama memimpin selalu berperilaku dan bersikap yang baik, sehingga ia dicintai oleh rakyatnya. Setiap keputusan yang diambil dr. Alfonso selalu mengutamakan keadilan dan kesetaraan, agar rakyatnya memiliki hidup yang merata dan tidak kekurangan. “Seseorang yang lebih pantas dibilang dewa, dibandingkan manusia. Kehilangan sosoknya bagaikan kehilangan separuh kehidupan kami; seorang Ayah bagi anak-anak seluruh Republik. Semua pegawai, staf, sampai dengan atasan merasa kehilangan” (hlm. 13).
Ella: Tanggung
Jawab dan Pengorbanan Pribadi
Karakter Ella menghadapi konflik moral yang berat ketika dia harus memilih antara tanggung jawab terhadap ibunya dan kewajibannya sebagai dokter. Berdasarkan situasi itu, nilai moral yang dapat diambil meliputi hal-hal berikut.
1.
Kewajiban Profesional vs. Kewajiban
Keluarga
Ella menunjukkan
bahwa kadang-kadang kita dihadapkan pada pilihan sulit, antara tanggung jawab
pribadi dan profesional. Keputusannya untuk tetap merawat pasien di Aragon
mencerminkan dedikasi yang tinggi terhadap profesinya dan menunjukkan bahwa
seorang profesional harus siap mengorbankan kepentingan pribadi demi kebaikan
orang lain.
2.
Ketahanan dalam Menghadapi
Kesulitan
Keputusan Ella
mencerminkan kekuatan mental dan ketahanan dalam menghadapi tantangan karena ia
harus menanggung beban kehilangan orang tua sambil tetap memenuhi tanggung
jawab sosialnya. Ini mengingatkan kita akan pentingnya keteguhan dalam situasi
sulit dan komitmen untuk menjalankan kewajiban kita.
Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Kehidupan Ella yang menjadi seorang dokter. Profesi tersebut membuat Ella kerap terjebak pada situasi yang sulit, seperti hari di mana ia dilema antara memilih harus kembali ke Catalan atau harus merawat pasien corona di Aragon. Pilihan tersebut merupakan pilihan yang sangat sulit baginya, jika ia tidak kembali ke Catalan maka bagaimana nasib ibunya yang ia tinggalkan bersama mayat ayahnya yang belum dikebumikan, namun jika ia pulang bagaimana nasib semua pasien yang positif corona di Aragon. Ella memilih untuk tetap tinggal di Aragon sebab ia menyadari dengan profesinya sebagai seorang dokter yang sudah melakukan sumpah dokter untuk merawat pasiennya. Ia lebih memilih tanggung jawabnya sebagai dokter yang memang kewajibannya merawat pasien. “Dalam satu waktu, aku harus menjadi anak dari seorang ayah yang meninggal. Dalam satu waktu, aku harus menjadi warga negara yang baik. Dalam satu waktu, aku harus menjadi seorang dokter” (hlm. 44).
Lago: Pengorbanan
untuk Kemanusiaan
Lago, sebagai karakter yang terpapar virus corona, memiliki
perjalanan moral yang berbeda. Berikut ini eberapa nilai yang dapat dipetik
dari karakternya.
1.
Rasa Bersalah dan Tanggung Jawab
Sosial
Lago merasa bersalah karena menjadi penyebab penularan virus. Itu menunjukkan bahwa kita sering merasa bertanggung jawab atas tindakan kita, terutama yang berdampak pada orang lain. Itu juga mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi dan pentingnya bertanggung jawab atas tindakan kita.
2.
Keberanian untuk Berkorban
Ketika Lago
memilih untuk menjadi vaksin bagi orang lain, ia menunjukkan keberanian dan
pengorbanan yang luar biasa. Keputusannya untuk menghadapi risiko demi
menyelamatkan banyak orang mencerminkan nilai altruisme, yaitu tindakan yang
dapat menguntungkan orang lain meskipun ada bahaya bagi diri kita sendiri. Hal
itu mengajari kita bahwa kadang tindakan heroik memerlukan pengorbanan pribadi
yang besar.
Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
Sosok orang terakhir yang bertemu dengan dr. Alfonso yang menyebabkan Lago menjadi orang pertama yang terpapar virus corona. Mendengar bahwa ia terpapar virus corona serta banyak melakukan interaksi dengan orang lain, membuat Lago menjadi seperti orang jahat yang tanpa menyadari menyebarkan suatu virus yang sangat berbahaya. Lago menyalahkan dirinya, sebab karena ia virus ini menyebar. Sampai suatu ketika ia diberi tahu bahwa vaksin dari virus ini adalah dirinya sendiri. Ia sangat bersemangat walaupun nanti nyawanya menjadi taruhan. “Ella, jika apa yang dilakukan nanti mampu membantu dan melanjutkan kehidupan banyak jiwa, lakukanlah. Tidak masalah, apa pun risikonya. Kalau memang harus mati pun terjadilah masih ada kehidupan selanjutnya” (hlm. 236).
Simpulan
Secara keseluruhan, novel Corona ini menyoroti nilai-nilai penting dalam konteks kehidupan manusia, seperti tanggung jawab, keadilan, pengorbanan, dan keberanian. Setiap karakter mewakili aspek-aspek berbeda dari dilema moral yang dihadapi individu dalam masyarakat serta menunjukkan bahwa putusan yang diambil dapat berdampak besar pada kehidupan orang lain. Dengan mengedepankan nilai-nilai ini, kita ingat bahwa menjaga integritas, bertanggung jawab, dan siap berkorban itu penting demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursal. 1989. Kesusastraan: Pengantar Teori Sejarah. Bandung: Angkasa.
Hidayat, Ryan. 2017. “Aspek Sosiologi Sastra dalam Novel Menggapai Matahari Karya Dermawan Wibisono”. Jurnal Universitas Indraprasta PGRI.
Khairi, Fahul. 2016. Analisis Sosiologis Sastra Novel Anak Bakumpai Terakhir Karya Yuni Nurmalia (skripsi). Denpasar: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.
Mayang Astuti, Putri. 2020. “Aspek Sosiologis dalam Novel di Bawah Langit yang Sama Karya Helga Rif”. Jurnal Universitas Udayana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan lima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oktaviani,
Amanda. 2020. Resensi Novel Corona. Sumber:
https://www.lpmdimensi.com/2020/08/novel-corona/ diakses pada 06/06/2021.
Prasetiyo, Dedy. 2017. “Analisis Aspek Sosiologi Sastra dalam Novel Kidung Cinta Pak Guru Karya Mira”. Jurnal Universitas PGRI Semarang.
Sdavincii. 2020. Corona. Yogyakarta: Gradien Mediatama.
Soekanto,
Soerjono. 1969. Sosiologi.
Jakarta: Universitas Indonesia
Press. Stoppneumonia.
2020. Informasi Tentang
Virus Corona (Novel
Coronavirus),
sumber:
https://stoppneumonia.id/informasi-tentang-virus-corona-novel-coronavirus/ diakses 06/06/2021.
Wellek,
Rene & Austin Werren. 1989. Teori Kesusastraan (Melani Budianta,
Terjemahan).
Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi
Sastra.
Jakarta: Kanwa Publisher.

Rafli Adi Nugroho
Penulis adalah Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman Relawan Pustaka Rumah Kreatif Wadas Kelir