Pembelajaran Sosial-Emosional Sangat Penting dalam Pengembangan Diri, Profesionalisme, dan Penguatan Karakter

Pembelajaran sosial-emosional berperan penting dalam pengembangan diri dan keprofesian seseorang, termasuk guru dan peserta didik. Melalui keterampilan sosial-emosional, setiap individu dapat meningkatkan kesadaran diri, kemampuan berempati, pengelolaan emosi, dan hubungan sosial yang sehat. Keterampilan itu tidak hanya mendukung kesuksesan pribadi, tetapi juga mendorong pencapaian karier profesional dengan menciptakan individu yang mampu bekerja sama, mengatasi konflik, dan mengambil putusan yang bertanggung jawab. Pengembangan aspek sosial dan emosional ini diperlukan oleh peserta didik, tidak hanya pengembangan kemampuan akademik.

Dalam konteks pendidikan, pembelajaran sosial-emosional mendukung penguatan karakter profil Pelajar Pancasila. Mengapa? Karena pembelajaran itu mencakup nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, beriman dan bertakwa, mandiri, berbineka secara global, serta berpikir kritis dan kreatif. Proses pembelajaran yang menekankan pengembangan sosial-emosional dapat menumbuhkan nilai-nilai tersebut secara holistik dan seimbang serta membentuk generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara emosional dan sosial. Artinya, peserta didik itu harus kita ajari supaya mereka peduli terhadap diri dan lingkungan mereka.

Posisi saya saat ini, saat menulis artikel ini, adalah sebagai guru. Setelah beberapa tahun menjadi guru, saya sudah banyak melihat karakter peserta didik yang beragam, dari yang berpengetahuan tinggi, menengah, hingga rendah. Masalah terbesar sekarang adalah tidak ada lagi rasa empati peserta didik terhadap temannya. Perundungan masih ada, seperti membiarkan kekurangan teman, mengejek pekerjaan orang tua, dan lain-lain. Dari hasil observasi yang saya lakukan, dapat ditarik simpulan bahwa peserta didik dihadapkan dengan tantangan global, sehingga guru seharusnya tidak lagi hanya mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga harus memberikan pengajaran yang bersifat sosial-emosional. Dengan demikian, kelak mereka mampu mengambil putusan yang dapat dipertanggungjawabkan, memiliki rasa empati, serta berpikiran positif terhadap lingkungannya. Lalu, bagaimana cara kita, sebagai guru, mendorong keterampilan sosial peserta didik?

1.      Mari, kita ciptakan lingkungan yang aman dan terbuka. Sebagai pendidik, mari, kita pastikan bahwa di ruang kelas, peserta didik merasa aman untuk mengekspresikan perasaan, berpendapat, dan belajar dari kesalahan, tanpa takut dihakimi atau dirundung.

2.      Mari, kita dorong peserta didik untuk mengenali emosi mereka melalui refleksi diri dan aktivitas yang mendorong pengenalan terhadap perasaan, kelebihan, dan kekurangan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melatih kesadaran diri.

3.      Mari, kita ajarkan strategi, seperti mindfulness atau journaling, agar peserta didik dapat mengendalikan emosi mereka dalam situasi sulit.

4.      Mari, kita libatkan peserta didik dalam kegiatan yang menuntut mereka melihat situasi dari sudut pandang orang lain, seperti simulasi, lakon peranan (role-play), atau diskusi kelompok. Hal ini mengajari peserta didik tentang arti empati.

5.      Mari, kita bangun keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Kita ajari peserta didik kita untuk berbicara sopan, mendengarkan dengan baik, dan bekerja sama.

6.      Mari, kita ajari peserta didik untuk menghadapi konflik dengan baik dan mencari solusi atas konflik tersebut.

7.      Mari, kita berikan contoh perilaku sosial-emosional. Seluruh warga sekolah harus menjadi model dalam mengelola emosi dan hubungan serta menunjukkan cara berinteraksi dengan rasa hormat dan empati.

Dengan demikian, jika hal di atas sudah dilakukan di lingkungan sekolah, integrasi pembelajaran sosial-emosional dalam proses pendidikan akan berperan sebagai fondasi yang sangat penting untuk menciptakan peserta didik yang utuh, baik dalam pengembangan pribadi, profesionalisme, maupun nilai-nilai karakter yang diinginkan dalam profil Pelajar Pancasila.

Jepri Sihombing, S.Pd.

Penulis saat ini guru di slah satu SMP di Kabupaten Humbang Hasundutan. dan sedang melanjutkan studi S-2 jurusan manajemen Pendidikan

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa